Mamuju, ide-ta.com – Akhir-akhir ini, masyarakat banyak mengeluh. Khususnya masyarakat Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar). Bagaimana tidak, harga pangan khususnya beras terus mengalami kenaikan.
Dari informasi yang diperoleh, harga beras 25 Kilogram saat ini sudah mencapai Rp 400.000 di pasar. Sementara di bulan Januari 2024 masih dikisaran harga Rp 360.000. Artinya ada kenaikan Rp 40.000.
Fenomena itu, masyarakat berharap kepada pemerintah agar bisa menstabilkan harga pangan atau harga kebutuhan pokok.
Sebelum itu, pada 28 Februari 2024 lalu. Terkonfirmasi harga beras 5 Kilogram di Perum Bulog Kabupaten Mamuju Rp 54.000, Minyak kita Rp 14.000, Terigu 1 Kilogram Rp 10.000 dan Gula Pasir 1 Kilogram Rp 17.000. Harga tersebut lebih murah yang ada di pasar.
Saat itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mamuju bersama dengan unsur Forkopimda juga melakukan pemantauan stok pangan di Perum Bulog Kabupaten Mamuju.
Bupati Mamuju Sutinah Suhardi mengaku stok beras di Perum Bulog Mamuju masih cukup untuk lima bulan kedepan. Demikian disampaikan sesuai penjelasan dari pihak Perum Bulog Mamuju sendiri.
Sedangkan terkait harga beras, Pemkab Mamuju berharap April 2024 petani sudah bisa panen sehingga harga kembali bisa stabil. Meskipun begitu, ia mengaku akan tetap melakukan langkah-langkah kongkrit dalam mengendalikan laju inflasi. Seperti rutin menyelenggarakan pasar murah.
“Jadi kalau kita lihat sekarang hampir 1 musim petani tidak menanam padi (karena kemarau red.) khususnya di Kabupaten Mamuju. Tapi kita berharap dan optimis setelah panen harga beras (kembali stabil, red.),” harap Bupati Mamuju, Sutinah Suhardi di Perum Bulog, Kamis (28/02/24).
Sementara itu, Pj Gubernur Sulawesi Barat Prof. Zudan Arif Fakrulloh mengaku inflasi di Sulawesi Barat masih terkendali. Pada bulan Januari 2024 kemarin, inflasi masih di angka 2,25 persen dan berada pada posisi delapan di seluruh Indonesia.
Prof. Zudan menjelaskan, idealnya inflasi berada pada kisaran 1 sampai 2 persen. Karena jika terlalu rendah akan berpengaruh pada produsen atau akan mempengaruhi nilai tukar petani.
“Jika inflasi turun atau harga turun sekali, maka produsennya tidak senang. Maka dari itu nilai tukar, baik nilai tukar petani, nelayan, harus diatas seratus. Tapi inflasi tidak boleh juga terlalu tinggi, di kisaran 1 sampai 2 itu ideal,” jelas Prof. Zudan saat membuka kegiatan High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) Provinsi dan Kabupaten se Sulbar di Maleo Hotel Mamuju, Kamis (29/02/2024) kemarin.
Kemudian itu, upaya yang dilakukan untuk menjaga stabilitas harga. Prof. Zudan mengaku telah rutin menyelenggarakan pasar murah, mensubsidi barang yang mengalami kenaikan. Termasuk rutin memantau perkembangan harga di pasar.
“Kalau operasi pasar kita rutin, Senin dan Selasa. Sekarang kita di Mamuju 2 titik dan Majene 1 titik,” ungkap Prof. Zudan usai membuka kegiatan.
(Irwan)